Museum Sumpah Pemuda ialah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat dan diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Museum ini dibuka untuk umum, tiap hari Selasa s/d Jumat dari jam tiap Sabtu dan Minggu pada jam 08.00—16.00 WIB, dan tiap hari Senin dan hari besar nasional, museum ini ditutup untuk umum.
Nah, disamping itu ada bukti-bukti menarik yang lain berada di Museum SUmpah Pemuda? Ingin tahu apa sajakah? Baca pembahasan Viva yang diringkas dari beragam sumber sebagi ini.
Daftar Isi:
Tiket Masuk Museum Sumpah Pemuda
Museum Sumpah Pemuda sebagai museum sisa rumah Sie Kong Liong yang sempat disewa dan jadi asrama oleh siswa sekolah dokter pribumi STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen).
Tempat ini jadi tempat tatap muka gerakan pemuda dari beragam wilayah hingga disebutkan Indonesische Clubgebouw (rumah perkumpulan Indonesia), dan jadi tempat latihan yang dikenali bernama Langen Siswo.
Bangunan itu dulu dikenali bernama Gedung Kramat Raya 106, selanjutnya berbeda nama jadi Gedung Sumpah Pemuda, tempat diikrarkannya Sumpah Pemuda di tahun 1928. Gedung Kramat Raya 106 mempunyai sejarah dan saksi proses dari panjang pembangunan semangat kejuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
Di Gedung itu, beberapa sendi dasar persatuan Indonesia dibicarakan, dirumuskan, untuk selanjutnya diikrarkan. Bukan hanya jadi tempat dialog politik tetapi Gedung itu jadi tempat lahirnya beberapa karya sastra gubahan Muhammad yamin dan Aboe Hanifah.
Berdirinya Museum Sumpah Pemuda
Museum disahkan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Di tahun 1973-1974 bangunan dipugar oleh Dinas Tata Bangunan dan Pemmugaran Pemerintahan Wilayah Khusus Ibu-kota Jakarta tanpa mengganti style arsitektur dan formasi tata ruangannya.
Genteng lama ditukar dengan genteng baru karena tidak dibuat kembali, demikian juga pada pegangan-pegangan pintu. Keseluruhnya lantai asli masih dipertahankan.
Tambahan bangunan baru dilaksanakan di tahun 1983 tanpa merusak bangunan khusus. Selanjutnya pada sekitaran tahun 2000 dipertambah juga relief perjuangan pemuda di tembok halaman kiri.
Koleksi Museum Sumpah Pemuda
Di tahun 2011 teras belakang dikasih tutup tambahan berbentuk kaca menembus pandang oleh Direktorat Permuseuman, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
- Biola W. R. Supratman
Biola W.R. Supratman terhitung model amatus. Memiliki ukuran 4/4 atau standard, dengan panjang tubuh 36 cm, lebar tubuh di bagian terlebar 20 cm, dan 11 cm di bagian tersempit.
Tebal pinggiran biola 4,1 cm dan tebal sisi tengah 6 cm. Di bagian tubuh ada dua lubang berwujud “S” kebalik, disebutkan “f hole”, satu disebelah kiri dan satu disebelah kanan, yang bekerja buang gaung dari dalam. Di bagian dalam ada tulisan “Nicolaus Amatus Fecit in Cremona 16”, petunjuk nama pembuat dan alamatnya.
- Bendera INPO
INPO (Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie, Organisasi Pandu Nasional Indonesia) ialah peleburan dua organisasi kepanduan, Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). NPO dibangun di Bandung 1923 dan JIPO di Jakarta.
Pada 1926 di Bandung ke-2 nya tergabung jadi INPO. Sebagai simbol identitas, INPO mempunyai bendera memiliki ukuran 84 cm x 120 cm warna merah dan putih.
- Patung Susunan Panitia Kongres
Konferensi diadakan pada 27-28 Oktober 1928 di Weltevreden oleh sebuah panitia dengan formasi seperti berikut:
- Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
- Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
- Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
- Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
- Pembantu I: Djohan Mohammad Tjaja (Jong Islamieten Bond)
- Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia)
- Pembantu III: R. C. L. Senduk (Jong Celebes)
- Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
- Pembantu V: Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
- Patung W. R. Soepratman
Diorama WR Supratman permainkan Indonesia Raya saat Sumpah Pemuda
W.R. Soepratman lahir dari keluarga militer. Ayahnya, Senen Kartodikromo ialah seorang bintara KNIL (Koningklijk Nederlandsch Indie Leger) W. R. Soepratman terlahir di Dusun Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, di tanggal 19 Maret 1903. W. R. Soepratman mengawali periode sekolahnya dengan masuk sekolah Budi Utomo di Jakarta di tahun 1909.
Menempuh pengajaran di Perguruan Budi Utomo itu bisa dituntaskan karena W.R. Soepratman berpindah ke Makassar sesudah ibunya, Siti Senen, wafat tahun 1914. Pendidikannya tidak masuk Sekolah Angka Dua dan usai di tahun 1917.
2 tahun selanjutnya, W.R. Soepratman lulus Klein Amtenaar Examen (KAE ). Pendidikan yang diraih setelah itu Sekolah Normal. lumayan luas W. R. Soepratman tinggal di Makassar lebih kurang sepuluh tahun (1914 – 1924). Karena pertemanannya yang cukup luas di kelompok pemuda, hati terdorong untuk membuat lagu Indonesia Raya.
Tidak ada yang mengetahui tentu dimana dan kapan lagu Indonesia Raya dibuat. Lagu yang mulai dikenali umum saat W. R. Soepratman membagi ide lirik sebuah lagu ke beberapa peserta Konferensi Pemuda Kedua, 27 – 28 Oktober 1928.
Saat malam penutupan konferensi, W. R. Soepratman dengan mainkan biolanya menemani sebarisan panduan suara membawa lagu Indonesia Raya.
- Patung Mohammad Tabrani
Mohammad Tabrani ialah Ketua Konferensi Pemuda Pertama. Dia sebagai reporter Hindia Baroe, dan Suara Rakyat. Sesudah Indonesia merdeka, Dia bekerja di Departemen Penerangan, Kementerian Masalah Bangsa Asing, dan Kementerian Dalam Negeri.
- Patung PROF. Soenario
Prof. Mr. Soenario, yang namanya Soenario Sastrowardojo terlahir di Madiun, Jawa Timur, pada 28 Agustus 1902. Sesudah raih gelar Meester in de Rechten dari Fakultas Hukum Kampus Laiden, Dia kembali lagi ke tanah air sebagai advokat dan sering mengadvokasi rakyat yang komplet dengan aparatur penjajahan.
Prof. Mr. Soenario sebagai salah seorang pendiri Partai Nasionalis Indonesia di tahun 1927 bersama beberapa tokoh bangsa, seperti Bung Karno, Cipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, dan Iskak Cokroadisuryo.
Awalnya pada 1925 di Belanda, dia ikut serta bersama organisasi Perhimpunan Indonesia (PI) mencetuskan Manifesto Politik Perhimpunan Indonesia yang berisi beberapa prinsip persatuan kebersamaan, dan kemerdekaan.
Di lain sisi, pada Konferensi Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan ‘Ikrar Pemuda’, Prof. Mr. Soenario ditugaskan minta ijin ke pemerintahan penjajahan supaya konferensi dibolehkan diadakan dengan cara resmi. Walau sempat dilarang, Pemerintahan Penjajahan masih tetap memberikan izin berdasarkan pertimbangan beberapa penasehat masalah politik Hindia Belanda.
- Patung Muhammad Yamin
Muhammad Yamin ialah Sekretaris Panitia Konferensi Pemuda II. Dia sebagai Lulusan Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum, 1932). Dia pernah jadi Ketua Jong Sumatranen Bond, anggota Gerindo dan Volksraad.
Pada Konferensi Pemuda Kedua, dia sukses merumuskan Sumpah Pemuda. Pada periode wargaan Jepang dipilih jadi perhatian pemerintahan Bala Tentara Jepang, dan mendekati Indonesia merdeka anggota BPUPKI.
Sesudah Indonesia merdeka berusaha lewat Persatuan Perjuangan. Beragam kedudukan penting selanjutnya digenggamnya, diantaranya Pertemuan Meja Bulat, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Edukasi Pendidikan dan Kebudayaan (1953-1955), Ketua Dewan Perancang (1959-1960).
- Monumen Persatuan Pemuda
Monumen ini disahkan oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Hayono Isman pada 24 Oktober 1994. Adapun tujuan ‘Tangan Terkepal’ ialah lambang kemampuan yang dibuat dengan persatuan dan kesatuan beberapa pemuda.
Nah, itu deretan hal bagus yang bisa kamu dapatkan di museum sumpah pemuda, jangan lupa berkunjung ya!